Friday, September 13, 2013

PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PEMBENTUKAN KETERAMPILAN AWAL


Konsep Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentukan Keterampilan Awal
Pendidikan jasmani di sekolah merupakan awal pembentukan keterampilan gerak untuk olahraga prestasi (high performance). Tidak berlebihan apa yang dikatakan bahwa calon-calon atlit elite ada di sekolah.   Disanyalir bahwa ketidak berhasilan olahraga prestasi di Indonesia sebagai akibat keterlantaran dan kegagalan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah.  Perbaikan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan awal dari perbaikan olahraga prestasi di Indonesia. Pengalaman di AS, Australia, Jerman, Inggeris, Rusia dan China berhasil prestasi olahraga di Olympiade karena berkat dari keberhasilan pendidikan jasmani di sekolahnya.  Strateginya melatih guru untuk memahami pendidikan jasmani secara mendatail, memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif berpartisipasi dalam berbagai aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga sepanjang kehidupannya dan menyediakan fasilitas dan peralatan olahraga dan aktivitas fisik disetiap sekolah.  Selain itu, keberhasilan tersebut didukung oleh tersedianya para guru pendidikan jasmani yang berstandar professional (profesional standards for teaching). Standar profesi guru pendidikan jasmani menggambarkan tentang pengetahuan, keterampilan, kemampuan yang harus dimiliki oleh guru pendidikan jasmani.  Standar ini secara lebih spesifik mengungkapkan tentang framework individu, kelompok dan antar kelompok guru pendidikan jasmani yang bertujuan untuk : (a) merefleksikan tentang pelaksanaan pengajaran, (b) merumuskan tujuan dan memperbanyak latihan, (c) menetapkan perencanaan profesi mengajar guru, (d) memonitor hasil tujuan pembelajaran. 
Menurut  MacDonald dan Mayer (2006) dalam bukunya professional standard for physical education teachers professional development tersebut, dijelaskan sebagai berikut : (1) structure flexible and innovative learning experience for individual and groups (struktur pengalaman belajar individu dan kelompok yang fleksibel dan inovatif).  (2) contribute to language, literacy and  numeracy development (memberi sumbangan terhadap pengembangan bahasa, membaca dan berhitung). (3) construct intellectuality challenging learning experiences (membangun pengalaman belajar guna meningkatkan kecerdasan). (4) construct relevant learning experiences that connect with the world beyond school (membangun pengalaman belajar yang relevan dan ada kaitannya dengan pendidikan di luar sekolah. (5) construct inclusive and participatory learning experiences (membangun pengalaman belajar secara inklusif dan para pertisipasi). (6) Integrate information and communication technologies to enhance student learning (memasukan teknologi informasi dan kumonikasi untuk meningkatkan belajar siswa). (7) assess and report on student learning (menilai dan melaporkan hasil belajar siswa). (8) support the social development and participation of young people (mendukung pengembangan sosial dan partisipasi orang muda). (9) create safe and supportive learning environments (menciptakan suasana belajar yang nyaman dan mendukung). (10) build relationships with the wider community ( membangun hubungan dengan komunitas yang lebih luas). (11) contribute to professional teams (membangun sumbangan terhadap profesional kelompok). (12) commit to professional practice (melaksanakan kegiatan secara professional).

Konsep Pendidikan Jasmani Sebagai Gerakan Reformasi Pendidikan
Kontribusi pendidikan jasmani yang utama adalah memberikan sumbangan kepada masyarakat luas guna memanfaatkan pendidikan melalui fisikal sebagai alat pendidikan kesehatan dan pendidikan moral. Reformasi pendidikan diarahkan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya atau membangun secara totalitas dari berbagai aspek kehidupan manusia. Perihal ini digariskan dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor. Gagasan gerakan reformasi pendidikan dalam pendidikan jasmani, perlu mengarahkan individu siswa dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, afektif dan psikomotornya. Gagasan ini terwujud manakala didukung oleh sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan guru. Berdasarkan hal ini, guru senantiasa berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan secara filosofis, sosiologis, biologis dan pedagogis sebagaimana yang ditegaskan Karl W Bookwalker (1964) dalam B.Abdul Jabar (2010:32).
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh hasil dari otot-tulang yang ditimbulkan dari pengerahan tenaga.  (AAHPERD, 1999).  Anak-anak yang aktif secara fisik pada umumnya melalui empat aktivitas, yaitu: (a) bertanding di olahraga kompetitif, (b) bermain,  (c) kegiatan-kegiatan menari, (d) transportasi seseorang, misalnya berjalan atau bersepeda untuk pergi ke sekolah. (Auweele et al., 1999:7).  Menurut Auweele et al., (1999:8) ada beberapa faktor potensial anak berkaitan dengan aktivitas fisiknya yaitu: “sikap, motivasi intrinsik, dan rasa senang anak terhadap aktivitas fisik”.  Sikap melibatkan pengetahuan dan keyakinan, yang disebut elemen kognitif dari sikap. Misalnya seorang anak mengatakan “saya menyenangi sepakbola, karena dengan bermain sepakbola saya akan dikenal orang banyak”. 
Menurut Sugiyanto (1993:27), minat melakukan aktivitas fisik pada anak pada umumnya cukup besar.  Namun perkembangan minat tersebut dipengaruhi oleh kesempatan melakukan aktivitas fisik yang diberikan oleh orang tuanya atau orang dewasa.  Makin luas kesempatannya, makin besar pula perkembangan minatnya.  Anak mulai berminat melakukan olahraga yang dilakukan orang dewasa.  Minat melakukan olahraga ini lebih besar pada keluarga yang gemar berolahraga. Selanjutnya Sugiyanto (1993:30) berpendapat bahwa aktivitas yang diperlukan anak adalah aktivitas keterampilan yang ada tujuannya, aktivitas beregu, aktivitas mencoba-coba, serta aktivitas latihan fisik dan latihan keberanian. 
Beberapa pendekatan telah digunakan untuk menjelaskan bagaimana sikap dapat memprediksi tingkah laku.  Di dalam memprediksi tingkah laku, sikap hanya merupakan salah satu bagian dari proses pengambilan keputusan yang kompleks di mana sejumlah faktor lainnya dapat juga berpengaruh.  Seperti diutarakan Auweele et al. (1999:9), bahwa  “values, beliefs, perceptions of control, and intentions moderate attitude-behaviour relationships. Specifically, attitudes cannot determine behaviour unless they lead to the development of intentions”.  Dari pernyataan itu dapat dikatakan bahwa nilai, keyakinan, persepsi, dan keinginan berhubungan dengan tingkahlaku dan secara spesifik sikap tidak dapat menentukan tingkahlaku kecuali jika mempunyai keinginan. Dalam theory of reasoned action, Auweele et al.,(1999:10) dijelaskan bahwa norma-norma sosial juga mempengaruhi keinginan.  Norma-norma sosial menggambarkan pengaruh sosial lain yang signifikan, seperti misalnya dari orang tua.  Contohnya: saya ingin bermain sepakbola seperti yang dikatakan ayah kepada saya.

1 comment:

  1. Bapa terimakasih ulun mendowload Materi PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PEMBENTUKAN KETERAMPILAN AWAL, materi ini sangat bermamfaat untuk menambah wawasan ulun dalam rangka pembelajaran di sekolah, semoga bapa, diberikan Rahmad Oleh ALLAH,panjang umur sehat selalu, Amiiiiin Yarabbal Alamiiin

    ReplyDelete