Saturday, September 14, 2013

KONSEP ETHNO PEDAGOGY



A.           Konsep/Teori Ethno-Pedagogy
Kajian teoretik, dalam bagian ini disajikan dengan maksud untuk membantu menggambarkan dan menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.  Seberapa jauh fungsi deskripsi dan eksplanasi dari teori, bergantung pula pada keputusan pemilihan teori yang dianggap relevan. Sehubungan dengan hal ini, beberapa landasan teori yang dianggap relevan dan turut membantu menjelaskan keterkaitan karakteristik kebugaran jasmani, pengaruh etno-sosio-psikologis dengan latar geografis dan topografis.  Ruang kehidupan masyarakat Dayak Loksado dipengaruhi oleh faktor iklim,  kondisi topografis, dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.  Kondisi topografis terkait dengan gatra orang Dayak yang memang senang hidup (tinggal) di pedalaman sebagai budaya hutan (forest culture), dan mereka amat terbiasa dengan orientasi nilai-nilai keharmonisan tanpa memaksimumkan hasil usaha yang berorientasi profit dalam skala besar. Rusli Lutan (2001:214). 
Teori ethno-pedagogy ditinjau dari pengaruh jangka pendek merupakan pengalaman belajar yang diinginkan adalah keserasian antara kemampuan siswanya dengan pengalaman yang diperolehnya. Sedangkan untuk jangka panjang adalah pengalaman yang diperolehnya melalui hasil belajar sangat cocok dan sesuai dengan kemampuan para siswanya.  Maksudnya proses belajar yang diutamakan adalah warga belajar terlibat dalam partisipasi aktif dan dia memperoleh sesuatu yang bermakna dari pengalaman itu. Untuk selanjutnya mereka tetap terus menyukai kegiatan belajar sebagai akibat pengalamannya terdahulu dan mereka menemukan nilai-nilai praktis dari kegiatan belajar itu.  Proses belajar pendidikan jasmani dalam konteks lingkungan pada hakikatnya tidak mengabaikan pra kondisi yang ada dimasyarakat, terutama faktor sosial–budaya yang telah berakar. Efektivitas proses pendidikan jasmani tidak terlepas dari pengaruh nilai-nilai budaya setempat. Perihal ini yang disebut dengan teori ethno-pedagogy. Inti sari teori ini adalah, bahwa perbedaan budaya di kalangan masyarakat (anak didik) memerlukan penyesuaian pengajaran.
Menurut Rusli Lutan (1986:186) yang dimaksud “penyesuaian pengajaran dengan budaya dapat memberikan kontribusi terhadap efektivitas belajar”. Teori ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut berdasarkan fakta-fakta empirik. Hasil belajar yang diperoleh dari penyesuaian dengan budaya masyarakat setempat, akan dipengaruhi pula oleh interaktif seperti (1) perbedaan kemampuan individu dalam memberikan respons terhadap pengalaman belajar yang disediakan bagi mereka, (2) keterbiasaan siswa dalam mengenal dan memahami pendekatan (model) pembelajaran yang diterapkan dalam pengajaran, dan (3) keserasian isi pelajaran itu sendiri dengan budaya dan kebutuhan siswa setempat.
Pengertian pendekatan (model) pembelajaran di sini tidak terbatas pada pengertian sempit yaitu bagaimana cara yang diterapkan guru untuk menyampaikan bahan ajar atau menyediakan pengalaman belajar dalam bentuk bermain, tetapi dalam arti yang lebih luas termasuk strategi dan cara-cara yang lazim dipakai oleh guru, misalnya bagaimana cara mengerahkan keterlibatan siswa dengan lingkungan disekitarnya.
Teori ethno-pedagogy pada prinsipnya mengacu pada pengalaman belajar dan sistem pengajaran (akulturasi) perlu disesuaian dengan kondisi budaya setempat. Dengan kata lain, penyajian isi dan manfaat model dan pendekatan pembelajaran perlu diserasikan dengan kondisi budaya masyarakat setempat. Perbedaan kemampuan individu dalam memberikan respons terhadap pengalaman belajar itu dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau, kesiapan untuk belajar atau kondisi lainnya yang bertalian dengan keadaan fisiologis.

No comments:

Post a Comment