Thursday, September 12, 2013

BELAJAR GERAK



Definisi Belajar Gerak.

Apakah yang dimaksud belajar gerak? Definisi belajar gerak menurut Schmidt (1991) adalah “ serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah kepada perubahan-perubaha yang relative menetap dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil”. Pada dasarnya definisi Schmidt di atas mengandung 3 (tiga) aspek penting, yakni (1) belajar merupakan pengaruh latihan atau pengalaman. Perkembangan kemampuan memang bisa berkembang tanpa dilatih. Kemampuan tersebut berkembang misalnya, karena pengaruh kematangan dan pertumbuhan. Contoh keterampilan berlari. Tanpa dilatih dalam arti sebenarnya , kemampuan berlari tetap akan berkembang karena adanya pengaruh kematangan. Siapapun anaknya normal pasti akan mengusai keterampilan berlari tanpa berlatih, tetapi perlu ditanyakan sampai dimanakan kemampuan prestasi berlarinya?. (2) belajar tidak langsung termati. Ketika latihan erlangsung terjadi banyak perubahan dalam system saraf pusat. Perubahan tersebut terjadi karena penganyaman berbagai kemampuan dan pengalaman gerak dalam situasi memori dalam otak. Proses inilah yang memantapkan perubahan yang terjadi agar relative menetap. (3) perubahan yang terjadi relative melekat. Banyak perubahan dalam penampilan terjadi oleh sebab lain yang sifatnya hanya sementara, misalnya oleh kelelahan, obat-obatan atau kondisi lingkungan.
Perubahan dalam diri individu yang bersifat sementara di ibaratkan sebagai air. Air akan mendidih jika dipanaskan, sehingga bentuknya berubah pada saat itu. Tetapi ketika air dingin kembali, maka ujudnya akan kembali menjadi air yang tenang seperti semula. Proses belajar akan merubahnya mennjadi orang yang benar-benar baru. Luarnya tetap sama, tetapi kemampuannya sudah berubah. Mengukur pembelajaran gerak.
Gagasan bahwa pembelajaran gerak tidak di ukur, tidak dapat diamati menimbulkan pertanyaan tentang bagaimanakah kemajuan pembelajaran itu dapat di ukur? Jalan yang dapat ditempuh untuk menghindari hal-hal yang demikian adalah “ mengetahui hakikat dan pola perkembangan hasil belajar. Hal ini meliputi seperti berikut ini : (a) Turun Naiknya Perkembangan Belajar. (b) Sifat pengaruh latihan.

1.2       Tujuan Akhir Pembelajaran Gerak.

Tujuan akhir dari pembelajaran gerak adalah “kemampuan penguasaan keterampilan” Keterampilan seseorang dalam tugas gerak tertentu akan menentukan seberapa besar kemampuan orang itu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dengan derajat keberhasilan yang tinggi.  Untuk sampai pada tujuan akhir tersebut diperlukan pengetahuan yang mendasar tentang bagaimana keterampilan bisa dihasilkan serta factor apa saja yang berperan dalam gerakan itu? Pertama yang harus dikuasai adalah mempelajari bagaimana gerakan itu bisa berlangsung. Kedua berhubungan dengan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi agar keterampilan gerak dapat dicapai dengan baik. Keterampilan gerak dapat dicapai dengan cara latihan atau dengan berbagai keterlibatan dengan berbagai pengalaman. Ulasan berikutnya akan dibicarakan tentang :  Hakikat akhir dari proses pembelajar gerak adalah “Penampilan yang Terampil”.

1.3       Pengertian Keterampilan?

Menurut Schmidt (1991) definisi keterampilan adalah “ kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dengan pengeluaran energy dan waktu yang minimum”. Singer (1980) keterampilan adalah “ derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efesien dan efektif”. HW. Johnson dalam Singer (1980) Memberikan ciri-ciri ketrampilan kedalam 4 aspek variable, yakni kecepatan, akurasi, bentuk dan kesesuaian. (1) bahwa keterampilan itu dapat ditentukan dengan waktu yang cepat. Artinya semakin cepat semakin baik. (2) keterampilan itu harus memiliki tingkat akurasi yang tinggi sesuai dengan target yang ditetapkan. (3) keterampilan itu harus dapat dilaksanakan dengan hanya sedikit energy yang dikeluarkan, dan (4) keterampilan itu harus dapat diadaptasikan dengan berbagai situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
Keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Hal ini untuk memudahkan para pendidik dan para peneliti untuk mempelajarinya. Ada 3 sistem dikaitkan dengan : (1) Stabilitas lingkungan (2) Jelas tidaknya titik awal serta titik akhir gerakan, (3) Ketepatan gerakan.
           Keterampilan terbuka dan tertutup. Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan dapat dibedakan menjadi keterampilan terbuka dan tertutup.
           Menurut Schmidt (1991) “keterampilan terbuka adalah “keterampilan yang ketika dilakukan dilingkungan yang berkaitan dengan bervariasi dan tidak dapat di duga”. Sama dengan Magill (1985) menyebutkan keterampilan terbuka adalah “beberapa keterampilan yang melibatkan lingkungan yang selalu berubah dan tidak bisa diperkirakan”. Contohnya Keterampilan memukul bola tenis atau softball pada saat mau memukul bola yang datang dari lawan tidak dapat diduga sebelumnya tentang arah dan kecepatannya. Dalam hal ini menurut Gentile (1972) menganjurkan bahwa “….pelaku harus bertindak atas rangsangan yang datang”. Jadi jelasnya pelaku tidak bisa berdiam saja tetapi harus banyak bergerak guna mengantisipasi datangnya bola dari arah lawan.
           Keterampilan tertutup. Menunjukkan jenis keterampilan yang sbaliknya. Schmidt dan Magill sama mendifinisikan keterampilan tertutup sebagai jenis keterampilan yang dapat dilakukan dalam lingkungan yang relative stabil dan dapat diduga. Contonhnya bowling, golf, panahan, senam dan renang. Semua keterampilan dalam olahraga di atas merupakan keterampilan yang ditentukan oleh si pelaku itu sendiri tanpa harus ditentukan oleh lingkungan sekitarnya.
           Keterampila diskrit. Menurut Schmidt (1991) suatu jenis “keterampilan yang dapat ditentukan dengan mudah awal dan akhir gerakannya, yang lebih sering berlangsung dalam waktu yang singkat.”  Contohnya melempar, menendang bola, senam artistic dan menembak.

Menurut Cronbach (1986) dalam Hurlock, (1991b:154) menyatakan bahwa keterampilan dapat diuraikan dengan kata seperti otomatik, cepat, dan akurat. Meskipun demikian, adalah keliru menganggap keterampilan sebagai tindakan tunggal yang sempurna.  Setiap pelaksanaan sesuatu yang terlatih, walaupun hanya menulis huruf a, merupakan satu rangkaian koordinasi beratus-ratus otot yang rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan. Setelah anak dapat mengendalikan gerakan tubuh secara kasar mereka siap untuk memulai mempelajari keterampilan.  Keterampilan tersebut didasarkan atas kematangan yang pada waktu lahir telah mengubah aktivitas acak menjadi gerakan terkoordinasi.  Sebagai contoh, pada waktu kematangan otot menghasilkan kemampuan berjalan berarti anak telah siap belajar meluncur, melompat tinggi, dan melompat jauh. Masa kecil sering disebut sebagai "saat ideal" untuk mempelajari keterampilan  motorik.  
Menurut  Hurlock  (1991b:156)  ada  beberapa  alasan yang dapat dikemukakan:  Pertama, karena tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh remaja atau orang dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran. Kedua, anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari keterampilan baru lebih mudah.  Ketiga, secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang telah besar.  Oleh karena itu, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru.  Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar.  Keempat, apabila para remaja dan orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan, anak-anak menyenangi yang demikian.  Oleh karena itu, anak bersedia mengulangi suatu tindakan hingga pola otot terlatih untuk melakukan secara efektif. Kelima, karena anak memiliki tanggungjawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka miliki pada waktu mereka bertambah besar, maka mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar menguasai keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang dewasa.  Bahkan seandainya mereka nantinya bertambah besar, dan memiliki waktu yang cukup, mungkin mereka akan merasa bosan dengan pengulangan yang diperlukan dalam mempelajari keterampilan tersebut.  Akibatnya, mereka tidak  akan  menguasai  keterampilan itu sepenuhnya.

No comments:

Post a Comment