Friday, September 13, 2013

PENDALAMAN MATERI PLPG PENJAS 2013



PEMBELAJARAN PERMAINAN & OLAHRAGA

A.      Memahami Isi Dari Pendidikan Jasmani

Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan program pendidikan, antara lain mengembangkan tiga domain utama : psikomotor, afektif, dan kognitif. Namun demikian ada keunikan dalam program penjas yang tidak dimiliki oleh program pendidikan lainnya, yaitu dalam hal pengembangan domain psikomotor.Dalam mengembangkan domain psikomotor biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani anak dan pencapaian keterampilan geraknya.
Para guru diharapkan dapat memahami hakikat tugas ajar yang harus diajarkan dalam pendidikan jasmani, sehingga para guru dapat secara tepat merancang dan menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan anak dalam ketiga domain di atas.

1.      Merancang Tugas Ajar dalam Wilayah Psikomotor
Tugas ajar yang berada dalam wilayah psikomotor, biasanya dibagi menjadi 2 tujuan utama yaitu tujuan yang berhubungan dengan pengembangan pencapaian keterampilan gerak dan peningkatan kebugaran jasmani anak (fitness). Kedua tujuan ini, oleh para ahli dianggap sebagai kelebihan yang terdapat dalam pelajaran pendidikan jasmani, yang tentunya tidak mungkin dapat dicapai oleh pelajaran lain.

Pembelajaran Keterampilan Gerak

Pembelajaran keterampilan gerak bertujuan anak dapat menguasai keterampilan dalam berbagai cabang olahraga.Meskipun banyak bagian yang berhubungan dengan kebugaran jasmani dimasukkan ke dalam program penjas untuk meningkatkan kesehatan anak, guru penjas tetap dianggap memiliki tanggung jawab yang unik yaitu mengembangkan keterampilan gerak.
Tujuan utama dalam mengajarkan pendidikan jasmani adalah pengembangan keterampilan gerak, sehingga anak dapat dan mau berpartisipasi dalam kegiatan olahraga bahkan kelak disepanjang hidupnya.
Untuk dapat menentukan materi apa yang tepat agar anak meningkatkan keterampilannya, pertama-tama guru perlu mengetahui apakah yang dimaksud dengan keterampilan, dan apa pula ciri dari keterampilan itu? Untuk membantu memahami makna istilah keterampilan, persoalan ini dapat dijabarkan lebih operasional, misalnya dikaitkan dengan Keterampilan suatu cabang olahraga, contoh terampil dalam bulutangkis.
Pemain bulutangkis dianggap terampil jika (1) dapat menempatkan bola secara akurat di tempat yang diinginkan, (2) teknik pukulannya baik sehingga efisien dalam tenaga, (3) dapat menggunakan teknik tersebut disegala kondisi dan berbagai lawan.
Uraian di atas merujuk pada tiga hal penting dari keterampilan atau performa yang terampil.Ketika seorang pemain mampu menempatkan bola secara akurat, hal ini menunjukkkan kepada kualitas efektivitas. Kemudian, ketika pemain itu melakukannya dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan teknik, hal itu menunjukkkan adanya kualitas efisiensi. Ketika pemain dapat menggunakan pukulan tersebut dalam segala kondisi permainan hal itu menunjukkan kepada kualits adaptasi.
Pembelajaran permainan menuntut pengembangan tahapan permainan. Pentingnya aspek tahapan permainan ini, muncul hasil dari studi bagaimana keterampilan digunakan dalam permainan. Setiap tahapan pengajaran harus melibatkan perpindahan dari latihan yang secara bertahap, lalu meningkat kesulitannya ke kondisi seperti permainan yang sesungguhnya.
Perkembangan pemain dapat dibagi menjadi empat tahap, tahapan- tahapan tersebut dijelaskan dalam bagian berikut.
Tahap satu. Dalam tahap satu, guru memusatkan perhatiannya pada kemampuan siswa untuk mengontrol benda (objek) atau tubuhnya. Siswa pemula dihadapkan dengan masalah ketidaktahuan, tentang apa yang akan terjadi, misalnya ketika mereka memukul, melempar, menangkap atau mengumpulkan benda tertentu. Tingkat kemampuan mengontrol benda sangat penting untuk dikuasai pada tahapan pembelajaran permainan ini. Pengontrolan yang dimaksud adalah kemampuan kemampuan sebagai berikut :
a.       Aksi melontarkan (misalnya memukul, menendang, melempar). Anak dapat mengarahkan benda ke suatu tempat dengan besaran daya yang sesuai kepentingannya secara konsisten.
b.      Aksi menerima (misalnya menangkap, mengumpulkan). Anak dapat menguasai suatu benda yang datang padanya dari arah, kecepatan dan ketinggian yang berbeda.
c.       Aksi membawa dan melepaskan (misalnya mendribbling, menggiring dan sebagainya). Anak dapat menjaga penguasaan terhadap benda  yang bergerak dalam berbagai cara dan pada berbagai kecepatan.
Perkembangan keterampilan dalam satu tahap, melibatkan pemberian pengalaman dalam menangkap dan melempar.Pengalaman demikian pertama-tama, diberikan dalam kondisi yang paling mudah dan bertahap pengontrolannya yang dilakukan dalam situasi yang lebih sulit dengan memanipulasi ketinggian, arah, tenaga dari benda yang dilemparkan atau ditangkap.Perkembangan dalam tahap satu, juga memasukkan perubahan dari posisi bendas diam ke benda yang bergerak dan dari posisi penerima diam ke posisi bergerak. Bandingkan tahapan pembelajaran antara anak SD dan siswa SMU yang tengah belajar pass atas pada bola voli.



Dalam contoh di atas, tahapan yang meningkat dilakukan sehingga mengarahkan anak ke tingkat penguasaan dan pengontrolan yang meningkat terhadap bola dengan mengubah ubah kondisinya.Semua tugas tugas ajar yang mengandalkan keterampilan anggota badan tangan dan kaki untuk mengontrol objek kompleksitasnya dengan memanipulasi daya, arah atau ketinggian benda, juga perubahan dari posisi diam ke posisi gerak.Melempar dan menangkap dari keadaan bergerak, lebih sulit dilakukan dari pada dari posisi diam.
Pada tahap dua.Pada tahap dua fokus pembelajaran masih pada peningkatan penguasaan dan pengontrolan terhadap objek, tetapi latihannya sudah lebih komplek. Dalam tahap dua ini dua keterampilan digabungkan (misalnya dribbling dan passing) peraturan ditekankan sehingga membatasi aksi yang dilakukan misalnya aturan traveling dalam basket dan keterampilan tersebut dilatih secara kooperatif dengan anak lain.
Melatih keterampilan dengan penggabungan merupakan hal yang rumit, tetapi penting dan sering diabaikan dalam pembelajaran permainan. Anak yang sudah dapat melakukan dribble, pass dan shoot sebagai keterampilan tunggal, belum tentu dapat dengan mudah melakukan dribble langsung shoot atau dribble pass. Ini disebabkan persiapan untuk melakukan keterampilan kedua dilakukan selama berlangsungnya keterampilan pertama (transisi), banyak anak pemula akan melakukakn dribble, stop dan baru kemudian melakukan shotta.
Oleh karena itu, fokus kegiatan dari pembelajaran tahap dua adalah pada gerak transisi di antara keterampilan. Misalnya bagaimana dalam dribbling sepak bola anak harus menempatkan bola pada posisi yang memungkinkan ia segera menembak setelah dribbling tidak berhenti dulu, kemudian ia mundur mengambil ancang ancang dan menembak. Meskipun banyak anak akan sampai pada  kemampuan ini dengan baik melalui latihan tetapi akan banyak pula anak yang tidak akan mampu melakukannya, tanpa bantuan guru. Berikut adalah contoh penggabungan keterampilan yag harus dipelajari khusus dalam sepak bola ketika anak anak memasuki tahapan dua.
Menerima bola dari passing anak lain kemudian langsung dribble :
·         Dribble kemudian passing
·         Dribble kemudian menembak ke gawang
·         Menerima bola passing, dribble, kemudian menembak ke gawang.
Bahkan dalam situasi permainan yang melibatkan keterampilan tunggal yang singkat (distrik) melatih keterampilan secara gabungan ini tetap perlu dilakukan. Dalam permainan bola Voli misalnya, seorang anak dapat melakukan passing bawah ke anak lainnya yang berikutnya melakukan toss (set up) ke anak lain lagi sehingga anak yang pertama dapat melakukan smes.
Untuk menentukan keterampilan apa yang harus dilatih dalam gabungan, guru harus menganalisis permainan yang dipelajari untuk menentukan keterampilan keterampilan yang akan digabungkan. Akhirnya, keterampilan keterampilan tadi harus dilatih dengan cara yang sama ketika keterampilan itu digunakan dalam permainan, bahkan hingga ke saat servis dilakukan dan perpindahan posisi (contoh dalam bola voli).
Tahap ke dua.Juga melibatkan siswa dalam kegiatan latihan bekerja sama dengan siswa lainnya seperti mencoba menjaga agar bola terus dapat berada di udara tanpa  jatuh dalam permainan voli, atau menjaaga agar shuttle cock selalu bisa menyeberangi net dalam bandminton. Pada tahap ini, tujuan dari permainan adalah menguasai dan mengontrol bola atau cock dan bukan berkompetisi dengan pasangan untuk saling mengalahkan.
Tahap tiga.Dalam tahap tiga, fokus pembelajaran ajarana aah pelaksanaan taktik penyerangan dan pertahanan secara sederhana dengan menggunakan keterampilan yang sudah dikuasai. Ketika tahap ini dilaksanakan siswa diasumsikan sudah mampu menguasai dan mengontrol bola tanpa kesulitan sehingga dapat berkonsentrasi pada penggunaan keterampilan itu dalam proses penyerangan atau bertahan.
Tahapan empat.Tidak ada batas yang jelas dimana pengalaman pada tahap tiga berakhir dan pengalaman tahap empat dimulai.Pengalaman tahap empat bersifat sangat kompleks.Tahap ini meliputi tidak saja permainan penuh, tetapi juga termasuk kegiatan kegiatan yang dimodifikasi untuk membantu siswa mencapai targetnya.
Untuk kebanyakan jenis permainan tahap empat dimulai ketika pemain penyerang dan bertahan, ditetapkan secara khusus sesuai peranannya.Para pemain jumlahnya ditambah, keterampilan yang dipelajari digunakan, dan ditambah, keterampilan sudah semakin kompleks.Ketika siswa mencapai tahap empat hal itu dianggap bahwa siswa telah menguasai dengan baik keterampilan individual dan melampaui strategi permainan dasar yang digunakan dalam kondisi permainan dasar yang digunakan dalam kondisi yang disederhanakan. Misalnya, diasumsikan bahwa siswa dapat bertahan melawan pemain penyerang secara individual atau dengan pemain lain dalam permainan invasi atau mereka sudah dapat menempatkan bola jauh dari pemain lawan dan dapat mempertahankan daerahnya sendiri dalam permainan net.
Aspek kunci untuk melaksanakan kegiatan tahap empat dengan cara yang bemakna adalah konsep bahwa permainan harus berlangsung berkelanjutan. Maksudnya, jika suatu peraturan atau bagian dari permainan yang ditampilkan dalam cara tertentu memperlambat aliran permainan atau sering menghentikan kelangsungan permainan, permainan itu harus dimodifikasi untuk menjaga kelanjutannya, jika siswa tidak dapat menggunakan semua pemain dalam suatu regu, jumlah pemain harus dikurangi. Contoh dari modifikasi permainan meliputi menghilangkan tembakan hukuman, mengganti tindakan service pada permaianan voli, pukulan pada soft ball diganti dengan lemparan atau menempatkan bola pada tonggak pukulan untuk sebagian pemain memulai permainan tanpa ada bola keluar dan mengurangi ukuran lapangan permainan dan sebagainya.
Contoh modifikasi permainan yang baik
Bola basket               -   Empat lawan empat tanpa menggunakan dribbling
                                  -   Lima lawan lima tanpa memakai peraturan tembakan hukuman atau jump
Sepak bola                 -   Tujuh lawan tujuh, peraturan penuh
                                  -   Sebelas lawan sebelas, tidak ada bola keluar dan tendangan
                                  -   Sudut
Bola voli                    -   Peraturan sebenarnya minimal bola dimainkan dua kali
                                  -   Empat lawan empat lebar lapangan dimodifkasi
Tenis                          -   Lapangan lebih kecil, peraturan penuh
                                  -   Permainan dimulai dengan serve yang dipermudah.
Guru yang memilih untuk menggunakan permainan tahap empat, tidak boleh berhenti mengawasi jalannya pembelajaran.Tujuannya adalah mengajar siswa, bagaimana memainkan permainan dengan baik, tidak hanya membiarkan mereka bermain ketika mereka mencapai tingkat ini. Tugas di tahap empat adalah menerapkan permainan yang dapat diperluas dengan cara membuat permainan lebih sulit atau lebih mudah. Guru juga harus menghaluskan penampilan siswa melalui penggunaan tugas penyempurnaan dan berkonsentrasi pada permainan mereka.
Kebugaran Fisik
 Menjadi semacam kesepakatan umum bahwa tujuan pembelajaran dalam domain piskimotor yang harus terkembangkan melalui program pendidikan jasmani harus pula mencakup peningkatan kebugaran jasmani siswa. Pertanyaannya adalah,  apakah kebugaran jasmani ini dapat dicapai melaui program penjas yang alokasi waktunya sangat minim? Apakah mungkin kebugaran jasmani siswa dapat ditingkatkan ketika anak harus pula mencapai tujuan pembelajaran yang lain (keterampilan gerak dari berbagai cabang olahraga) dalam program penjas yang dilaksanakan satu minggu sekali?
Memang tidaklah sulit untuk mengetahui cara bagaimana membuat siswa menjadi fit (bugar) dari kaca mata kondisioning. Kita semua sebagai guru penjas sudah mengetahui prinsip prinsip peningkatan kodisi fisik yang meliputi pengembangan kapasitas kardiovaskular daya tahan otot lokal, kekuatan, kelenturan dan power.Yang tidak mudah adalah bagaimana memadukan program kebugaran ini dalam program kurikulum pendidikan jasmani. Dan bagaimana meyakini bahwa siswa akan terus tertarik untuk melakukannya dalam kehidupannya sehari-hari.

No comments:

Post a Comment