Wednesday, September 11, 2013

DEFINISI BELAJAR



BAB II
Definisi Belajar dan Pembelajaran (Learn and Learning)
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam kontek menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, konteks manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengemalan yang terjadi berulang-ulang melahirkan pengetahuan knowledge atau body of knowledge .
Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan siswa yang didapatnya berdasarkan eksplorasi melalui alam gna memperoleh pengetahuan. Setelah lahir teori kognitivisme, definisi pengetahuan atau menjadi tahu semacam ini mengalami perubahan. Oleh karena itu di dalam pengalamannya manusia selalu men ghadapi sejumlah fenomena atau fakta-fakta alami tertentu, maka pengetahuan pada hakikatnya juga terbangun dari sekumpulan fakta-fakta, a bundle of facts. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dalam dunia pendidikan berkembang motto “pengalaman adalah guru yang paling baik experience is the best teacher)” dalam arti alam berkembang menjadi guru.
Konsep ini tidak harus dimaknai bahwa belajar sekadar penjenjalan pengetahuan kepada siswa, seperti halnya yang dipikirkan dan dipraktikan oleh mereka yang berpradiqma ekstrem bahwa belajar pada hakikatnya harus melalui pengajaran atau berfokus kepada guru (teacher-centered). Faktanya, tatkala alam berkembang menjadi guru , biasanya manusia belajar dari alam dengan mengamati, melakukan, mencoba serta menyaksikan sesuatu proses, tidak sekedar reseptif dan pasif.
Kenyataan dalam praktik pengajaran selama ini, tatkala guru menjadi pusat kegiatan pengajaran, guru menjadi dominan. Siswa seolah gelas kosong yang harus di isi dengan air. Menurut Paulo Freire, penganut paham rekonstruksionisme sosial dari Brazilia model  pengajaran ini merupakan aktivitas pengajaran gaya bank atau model deposito. Di sini guru sebagai deposan selalu mendepositokan pengetahuannya kepada siswa, sementara siswa pasif dan reseptif, pembelajaran berlangsung tanpa ada demokratisasi, memasung kreativitas dan mengabaikan hak-hak azasi siswa. Model seperti ini oleh Musca Moston dalam Rosyada, (2004:89-90) disebut pengajaran gaya komando.
Dalam pengajaran gaya komando semua perencanaan ditentukan oleh guru, disampaikan kepada siswa dan siswa menerima pelajaran, mengubah perilaku sesuai dengan pelajaran yang baru. Biasanya guru menerangkan bahan pengajaran kepada siswa, memberikan ilustrasi dengan contoh-contoh, dianalisis berbagai faktornya, lalu disiapkan tes akhir pembelajaran, kemudian mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan yang terkait dengan materi pengajaran. Dalam segala situasi siswa tidak banyak dilibatkan atau bahkan tidak dilibatkan sama sekali. Pengajaran bentuk ini mematikan semangat demokratisasi dan kreativitas siswa. Siswa tidak lagi berkesempatan tumbuh saat pembelajaran, growth in learning, dan tidak punya kesempatan untuk memanifestasikan potensi dan segenap daya kemampuannya.
Lebih lanjut Freire melakukan kritik tajam terhadap gaya pengajaran semacam ini. Freire menyatakan bahwa sekolah telah menjadi alat penjinakkan yang memanipulasi peserta didik agar mereka dapat diperalat untuk melayani kepentingan penguasa. Menurut bahasa Ivan Illich sekolah semata-mata dijadikan alat legitimasi sekelompok elite sosial. Sekolah sebagai lembaga pendidikan telah memposisikan dirinya sebagai suatu lembaga struktural yang justru memperdalam jurang sosial (social gap). Dalam mobilisasi social, lulusan sekolah dengan berbagai atribut yang diperolehnya terkelompok menjadi kaum elite social yang kemudian sering memegang peranan penting dalam menentukan kebijakan pemerintahan (govermance) dan politik, akibatnya terjadi monopoli oleh masyarakat sekolah (the schooling society) terhadap berbagai kepentingan politik dan ekonomi dari mereka yang termarginalitas dan tidak berdaya, karena tidak mampu bersekolah tingkat tinggi.
Kembali kepada konsep belajar, setiap ahli psikologi member definisi dan batasan yang berbeda-beda, akibatnya terdapat keragaman di dalam menjelaskan dan mendefinisikan    makna belajar. Menurut Witherington (1952) dalam Sukmadinata (2004:155) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Selanjutnya mengacu pendapatnya Crow and Crow & Hilgard dalam Sukmadinata (2004:156) belajar merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulang kembali materi yang telah dipelajarinya, sehingga belajar semacam ini disebut rote learning, belajar hafalan, belajar melalui  ingatan, by heart diluar kepala tanpa mempedulikan makna. Rote learning merupakan lawan dari meaningful learning (pembelajaran bermakna). Selanjutnya Witherington,  Crow and Crow & Hilgard dalam Sukmadinata (2004:156) tergolong ahli pendidikan yang terpengaruh dari aliran behaviorisme. Kata kuncinya adalah latihan, pengalam, stimulus, rangsangan, respon, tanggapan atau reaksi yang berperan dalam belajar. Intinya adalah perubahan perilaku (behavior) karena pengalaman atau latihan.
Berkaitan dengan pengaruh pengalaman terhadap belajar, banyak sekali definisi para penganut empirisme tentang belajar. Menurut Gagne (1984) dalam Sagala (2009) mendefenisikan belajar adalah suatu proses di mana suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Di sisi lain, definisi belajar yang terdapat dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1990:709) adalah sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui studi, pengalaman atau karena diajar.
Defenisi belajar menurut Gagne (1977) dalam Dahar (1993:76) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja. Defenisi serupa Gagne, DeVista and PH Thompson (1970) dalam Sukmadinata (2004:156) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dan pengalaman. Secara lebih ringkas Gagne Berliner (1970) dalam sumber yang sama, menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman.
Pengaruh aliran behaviorisme ini bahkan terlihat kuat dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), shingga dalam buku perangkat kurikulumpembelajaran KTSP SMA (2009), belajar di definsikan sebagai suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (beharioral change) pada individu yang belajar. Lebih dijelaskan lagi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik secara sengaja dirancang (by desian) maupun yang tidak secara dirancang, tetapi dimanfaatkan (by utilization). Dalam berbagai defenisi di atas, diretangkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman yang relative menetap, menuju kebaikan, perubahan positif-kualitatif. Konsep belajar ini menekankan bahwa, belajar tidak saja dari segi teknik, tetapi juga tentang nilai dan norma.
Ketika pendekatan pembelajaran berbasis lingkungan, bekerkembang, maka definisi belajar juga menyesuaikan diri. Belajar secara umum dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya Driver and Bell (1986) dalam Leo Sutrisno (1994) mendefinisikan belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan, dengan membangun hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari. Pandangan Driver and Bell (1986) ini kelihatan sekali sudah dipengaruhi oleh aliran konstruktivisme dalam pembelajaran. Catatan : perhatikan bahwa istilah konsepsi sering tertukar dengan konsep, padahal berbeda. Jika konsep bersifat given dan objektif, missal konsep tantang alam semestas, konsep tentang pembelajaran bermakna, konsepsi sudah mengalamani transformasi dan menjadi milik orang perorang (subjektif). Misalnya konsep tentang pembentukan alam semesta, jika itu sudah dipahami oleh seseorang maka konsep telah menjadi konsepsi orang tersebt tentang alam semesta. Konsepsi adalah pengembangan konsep dalam diri seseorang, seperti halnya berkembangnya janin tatkala sperma bertemu dengan sel telor.
Setelah paradiqma pembelajaran berkembang, belajar dimaknai sebagai kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Tanggung jawab belajar ada pada diri siswa, sedangkan guru bertanggung jawab untuk menciptakan sistuasi yang mendorong parkarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Belajar bukan lagi merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi oleh guru kedalam kepala seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan aktivitas siswa sendiri. Artinya belajar baru bermakna jika ada pembelajaran terhadap dan oleh siswa. Siswa sebagai subjek didik harus secara aktif meraih dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat , bakat, perilaku dan norma-norma sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Belajar adalah suatu kebutuhan hidup yang self generating, yang mengupayakan diri sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki dorongan untuk melangsungkan hidup, me nuju suatu tujuan tertentu. Illeris (2000) dan Oromod (1995) seperti yang dikutif Wikipedia (diakses 2 September 2009) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa bersama-sama pengaruh dan pengalaman koqnitif, emosional, dan lingkungan untuk memperoleh, meningkatkan atau membuat perubahan di dalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan cara pandang (world view) dari seseorang. W.S.Wienkel (1996:53) seorang koqnitivis menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Dalam konteks Neoropsikologi  Wikipedia (diakses 31 Agustus 2009) telah mendefinsikan belajar secara aktivitas pemerolehan pengetahuan baru, perilaku, keterampilan, nilai, atau pemahaman dengan cara melakukan sintesis terhadap berbagai informasi yang berbeda. Ternyata ada suatu benang merah yang dapat diterik dari berbagai pemaknaan itu, bahwa belajar merujuk kepada suatu proses perubahan perilaku atau peribadi atau perubhan struktur koqnitif seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu, hasil interaksi aktifnya dengan lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran yang ada disekitarnya.
Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, tidak harus dalam kondisi formal di kelas, tetapi dapat secara informal, non formal dan seperti dinyatakan di atas, siswa dapat belajar dari alam atau dari peristiwa social sehari-hari. Oleh karena itu sesuai dengan kenyataan factual yang dialami siswa dalam proses pendewasaan diri serta proses untuk memperoleh perluasan dan kemantapan kompetensi yang dimilikinya, pada hakikatnya belajar bertujuan untuk memperoleh hikmah belajar, Lesson learned. Istilah lesson learned sendiri asal muncul dari lembaga antariksa AS (NASA) yang kemudian dikembangkan oleh lembaga antariksa di eropa dan Jepang. Himah pembelajaran didefinsikan sebagai pengetahuan atau pemahaman yang diperoleh melalui pengalaman (UNEP, 2007:4) kemudian dalam sumber yang sama komunitas evaluasi UNEP (United Nations Environment Programme) mendefinisikan hikmah pembelajaran sebagai simpulan umum yang berpangkal dari evaluasi terhadap pengalaman2 dalam proyek program atau kebijakan yang diabstraksikan dari suatu kondisi spesifik menuju kondisi yang lebih luas.
                     Definisi Pengajaran (Teaching)
Definisi pengajaran adalah suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh guru yang kita kenal dengan istilah mengajar.  Pengajaran amat dekat dengan pengertian pedagogi. Pedagogi adalah seni atau ilmu untuk menjadi guru. Istilah ini seringkali mengacu kepada strategi pengajaran atau gaya mengajar. Istilah pedagogi berasal dari bahasa Latin Paedagogeo, paid artinya anak dan ago artinya memimpin. Jadi secara harfiah artinya memimpin anak. Menurut William H.Burton, seorang behavioris menyatakan bahwa mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. 
Menurut Free Online Dictionary (diakses 27 Oktober 2009) pengajaran (teaching Instruction) didefinisikan dengan kegiatan, praktik, pekerjaan atau profesi seorang guru atau sesuatu yang diajarkan, seni atau profesi seorang guru, kegiatan dalam mendidik atau mengajar. Dalam pengertian tradisional pengajaran dipandang bersifat mekanistik dan merupakan otonomi guru untuk mengajar, guru menjadi pusat kegiatan. Dengan pandangan seperti guru terdorong menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya, metode yang dominan yaitu ceramah dan Tanya jawab, sekali-kali siswa diberi kesempatan diskusi di bawah pengawasan, bukan bimbingan dan pemberian motivasi dari guru. Dengan cara ini siswa dianggap telah belajar . dewasa ini pengajaran dianggap setara dan identik dengan pembelajaran dengan siswa aktif. Pengajaran dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari dari komponen-komponen yang saling bergantungan satu sama lain, dan terorganisir antara kompetensi yang harus diraih siswa, materi pelajaran, pokok bahasan, metode dan pendekatan pengajaran, media pengajaran, sumber belajar, pengorganisasian kelas dan penilaian.
Dalam pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga, pada hakikatnya pengajaran didefinisikan sebagai transformasi dari pengetahuan penjas. Maka transformasi berbeda dengan makna transfer. Transfer pembelajaran hanya menerima apa adanya pengetahuan dan kebenaran yang disampaikan oleh pengajar semata melakukan “copy paste”. Makna transformasi setelah terjadi transfer, pengetahuan itu dikembangkan sendiri oleh siswa sesuai dengan kesiapan struktur koqnitifnya masing-masing sehingga bernilai tambah. Pengetahuan yang diberikan guru dikembangkan untuk disesuaikan dengan lingkungan, disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sedang terjadi dan dipergunakan untuk menyelesaikan masalah kesharian.
Pada tahun 1950-an mengajar masih dimaknai sebagai sebuah proses pemberian bimbingan dan memajukan kemampuan pembelajar yang semuanya masih berpusat kepada guru. Namun pada awal abad ke 20 model pendidikan sudah berkembang menuju berpusat kepada siswa, walau ternyata peran guru dalam proses pengajaran masih amat besar. Jika kritik terus dilancarkan oleh para pionir demokratisasi pendidikan, maka pada dekade abad ke20 pengertian mengajar sudah berubah. Mengajar adalah sebuah tindakan seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain untuk mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya (Moore, 2001 : 5, dalam Rosyada, 2004 : 91). Sementara itu Joyce, & Showers (1992) dalam buku Peringkat Pembelajaran KTSP SMA yang diterbitkan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2009), menyatakan bahwa mengajar (teaching) pada hakikatnya adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan diri dan cara-cara belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Hasil akhir dari proses mengajar adalah kemampuan peserta didik yang tinggi untuk dapat belajar dengan mudah dan efektif. Dari berbagai definisi di atas serta melihat perkembangan konsep pembelajaran yang mengarah pada praktik pembelajaran berdasarkan KTSP, dapat didefinisikan secara ringkas bahwa mengajar adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat perkembangan potensi koqnitif, afektif maupun psikomotornya.
                     Definisi Pendekatan, Metode, Teknik dan Strategi Pembelajaran.
Jika ditarik dari awal, sesuai dengan filosifisnya ada kontinuitas yang dimulai dari pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran (metode mengajar) dan teknik pembelajaran. Namun perlu dipahami bahwa dalam berbagai sumber istilah tersebut sering dipertukarkan atau bahkan dianggap identik.
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat-sifat dan ciri khas suatu pokok bahasanyang diajarkan. Dalam pengertian pendekatan pembelajaran tergambarkan latar belakang psikologis dan latar belakang pedagogis dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan guru bersama siswa. Contoh beberapa pendekatan seperti di bawah ini :
         Pendekatan lingkungan,
         Pendekatan ekspositori dan
         Pendekatan heuristic,
         Pendekatan kontekstual 
         Pendekatan konsep
         Pendekatan keterampilan proses
         Pendekatan deduktif
         Pendekatan induktif
         Pendekatan sains lingkungan teknologi masyarakat
         Pendekatan kompetensi dan
         Pendekatan holistik.

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur dan proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Pengertian seluruh perencanaan itu jika dikaitkan dengan konsep yang berkembang dewasa ini meliputi Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, persiapan pembelajaran, kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan membuka pelajaran, kegiatan inti dan penutup pelajaran. Dalam istilah lain, metode pembelajaran adalah sintaks. Sintaks adalah urutan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan strategi dan metode yang dipilih. Istilah umum dari sintaks adalah digunakan dalam ilmu bahasa , tetapi di sini dimaknai sebagai suatu sistem atau penyusunan yang teratur berdasarkan urutan-urutan yang semstinya harus dilaksanakan.
Contoh metode pembelajaran konvensional antara lain :
         Metode ceramah
         Metode Tanya jawab
         Metode diskusi
         Metode pemberian tugas
         Metode proyek dan berbagai variasnya.

Metode mengajar sesuai dengan perkembangannya dapat dijabarkan dalam struktur tertentu. Struktur dimaksud sebagai pola interaksi siswa agar tujuan pembelajaran tercapai. Misalnya metode pembelajaran kooperatif  (cooperative learning) melalui modelnya yang terkenal Jigsaw, model STAD (Students team Achievement Divisiona), model Numbers Head Together yang semuanya dikembangkan oleh Spencer Kagan.
Istilah metode pembelajaran sering disama artikan dengan istilah model pembelajaran, tetapi ada juga yang membedakannya. Misalnya model mengajar menurut Joyce and Weil (2000:13) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar melalui program computer. Model mengajar yang benar menurut Joyce and Weil tidak hanya memiliki deskripsi dan kekinian, tetapi bermakna prospektif dan beroientasi ke masa depan. Oleh karena itu Joyce and Weil pengertian model mengajar lebih luas dari pada metode mengajar.
Strategi pembelajaran adalah serangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan persoalan siswa,  pengelolaan lingkungan belajar, sumber belajar, kegiatan belajar dan penilaian (asesmen) agar pembelajaran lebih efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Strategi pembelajaran pada hakikatnya terkait dengan perencanaan atau kebijakan yang dirancang di dalam mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Startegi pembelajaran erat hubungan dengan teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah implementasi dari metode pembelajaran yang secara nyata berlangsung di dalam kelas. Teknik pembelajaran merupakan suatu yang menyangkut pengertian yang lebih sempit. Hubungan antara metode dengan teknik dapat diumpamakan sebagai hubungan strategi dan taktik.
Perbedaan strategi pembelajaran dengan teknik pembelajaran, menurut Colin Marsh (2005:66-67) adalah suatu cara untuk meningkatkan pembelajaran secara optimal bagi siswa termasuk bagaimana mengelola disiplin kelas dan organisasi pembelajaran. Akan tetapi teknik pembelajaran adalah upaya untuk menjamin agar seluruh siswa di kelas diberikan berbagai peluang belajar sesuai kebutuhan dan minat mereka. Colin Marsh mengutif pendapatnya Duck (2000) menyatakan bahwa hanya ada dua startegi pembelajaran yang pokok, yaitu (1) pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher-centered-teaching), (2) pembelajaran yang berpusat kepada siswa (students-centered-teaching).




No comments:

Post a Comment