Saturday, September 14, 2013

KONSEP ETHNO PEDAGOGY



A.           Konsep/Teori Ethno-Pedagogy
Kajian teoretik, dalam bagian ini disajikan dengan maksud untuk membantu menggambarkan dan menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.  Seberapa jauh fungsi deskripsi dan eksplanasi dari teori, bergantung pula pada keputusan pemilihan teori yang dianggap relevan. Sehubungan dengan hal ini, beberapa landasan teori yang dianggap relevan dan turut membantu menjelaskan keterkaitan karakteristik kebugaran jasmani, pengaruh etno-sosio-psikologis dengan latar geografis dan topografis.  Ruang kehidupan masyarakat Dayak Loksado dipengaruhi oleh faktor iklim,  kondisi topografis, dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.  Kondisi topografis terkait dengan gatra orang Dayak yang memang senang hidup (tinggal) di pedalaman sebagai budaya hutan (forest culture), dan mereka amat terbiasa dengan orientasi nilai-nilai keharmonisan tanpa memaksimumkan hasil usaha yang berorientasi profit dalam skala besar. Rusli Lutan (2001:214). 
Teori ethno-pedagogy ditinjau dari pengaruh jangka pendek merupakan pengalaman belajar yang diinginkan adalah keserasian antara kemampuan siswanya dengan pengalaman yang diperolehnya. Sedangkan untuk jangka panjang adalah pengalaman yang diperolehnya melalui hasil belajar sangat cocok dan sesuai dengan kemampuan para siswanya.  Maksudnya proses belajar yang diutamakan adalah warga belajar terlibat dalam partisipasi aktif dan dia memperoleh sesuatu yang bermakna dari pengalaman itu. Untuk selanjutnya mereka tetap terus menyukai kegiatan belajar sebagai akibat pengalamannya terdahulu dan mereka menemukan nilai-nilai praktis dari kegiatan belajar itu.  Proses belajar pendidikan jasmani dalam konteks lingkungan pada hakikatnya tidak mengabaikan pra kondisi yang ada dimasyarakat, terutama faktor sosial–budaya yang telah berakar. Efektivitas proses pendidikan jasmani tidak terlepas dari pengaruh nilai-nilai budaya setempat. Perihal ini yang disebut dengan teori ethno-pedagogy. Inti sari teori ini adalah, bahwa perbedaan budaya di kalangan masyarakat (anak didik) memerlukan penyesuaian pengajaran.
Menurut Rusli Lutan (1986:186) yang dimaksud “penyesuaian pengajaran dengan budaya dapat memberikan kontribusi terhadap efektivitas belajar”. Teori ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut berdasarkan fakta-fakta empirik. Hasil belajar yang diperoleh dari penyesuaian dengan budaya masyarakat setempat, akan dipengaruhi pula oleh interaktif seperti (1) perbedaan kemampuan individu dalam memberikan respons terhadap pengalaman belajar yang disediakan bagi mereka, (2) keterbiasaan siswa dalam mengenal dan memahami pendekatan (model) pembelajaran yang diterapkan dalam pengajaran, dan (3) keserasian isi pelajaran itu sendiri dengan budaya dan kebutuhan siswa setempat.
Pengertian pendekatan (model) pembelajaran di sini tidak terbatas pada pengertian sempit yaitu bagaimana cara yang diterapkan guru untuk menyampaikan bahan ajar atau menyediakan pengalaman belajar dalam bentuk bermain, tetapi dalam arti yang lebih luas termasuk strategi dan cara-cara yang lazim dipakai oleh guru, misalnya bagaimana cara mengerahkan keterlibatan siswa dengan lingkungan disekitarnya.
Teori ethno-pedagogy pada prinsipnya mengacu pada pengalaman belajar dan sistem pengajaran (akulturasi) perlu disesuaian dengan kondisi budaya setempat. Dengan kata lain, penyajian isi dan manfaat model dan pendekatan pembelajaran perlu diserasikan dengan kondisi budaya masyarakat setempat. Perbedaan kemampuan individu dalam memberikan respons terhadap pengalaman belajar itu dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau, kesiapan untuk belajar atau kondisi lainnya yang bertalian dengan keadaan fisiologis.

Friday, September 13, 2013

PENDALAMAN MATERI PLPG PENJAS 2013 (Bagian 2)



BERMAIN
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak
Ada beberapa teori tentang permainan yang perlu diketahui antara lain Teori Rekreasi, Schaller dan Lazarus yang menyatakan permainan merupakan kegiatan manusia yang berlawanan dengan kerja dan kesanggupan hidup tetapi permainan itu merupakan imbangan antara kerja dan istirahat; Permainan mempunyai tugas biologik yg mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan utk hidup yg akan dating. (Teori teleology, Karl Groos); Permainan bukan hanya mempelajari fungsi hidup, tetapi juga merupakan proses sublimasi (menjadi lebih mulia, tinggi, atau indah) dengan bermain. (Teori Sublimasi, Ed Claparede).
 Dari hal tersebut di atas dapat disarikan sebagai berikut Permainan sebagai kecenderungan; sebagai keadilan sosial mencakup motivasi intrinsik, perhatian, eksplorasi, perilaku yg tdk harafiah, keluwesan, dan keterlibatan aktif; Permainan sebagai konteks Biasanya diakrabi dan bebas stres, juga melibatkan pilihan bebas; Permainan sebagai perilaku dapat diamati dalam 3 tahap: fungsional, simbolik dan permainan yg mempunyai aturan (Piaget)
Frobel mengatakan bahwa bermain sangat penting dalam belajar. Belajar berkaitan dengan proses konsentrasi. Orang yang mampu belajar adalah orang yang mampu memusatkan perhatian. Bermain adalah salah satu cara untuk melatih anak konsentrasi karena anak mencapai kemampuan maksimal ketika terfokus pada kegiatan bermain dan bereksplorasi dengan mainan. Bermain juga dapat membentuk belajar yang efektif karena dapat memberikan rasa senang sehingga dapat menimbulkan motivasi instrinsik anak untuk belajar. Motivasi instrinsik tersebut terlihat dari emosi positif anak yang ditunjukkan melalui rasa ingin tahu yang besar terhadap kegiatan pembelajaran.
Menurut Gross, kegiatan bermain memiliki tujuan untuk memperoleh dan melatih keterampilan tertentu dan sangat penting fungsinya bagi mereka pada saat dewasa kelak, contoh, bayi yang menggerak-gerakkan tangan, jari, kaki dan berceloteh merupakan kegiatan bermain yang bertujuan untuk mengembangkan fungsi motorik dan bahasa agar dapat digunakan dimasa datang.
Sigmund Freud berdasarkan Teori Psychoanalytic mengatakan bahwa bermain berfungsi untuk mengekspresikan dorongan implusif sebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan pada anak
Teori Cognitive-Developmental dari Jean Piaget, juga mengungkapkan bahwa bermain mampu mengaktifkan otak anak, mengintegrasikan fungsi belahan otak kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk struktur syaraf, serta mengembangkan pemahaman suatu konsep yang berguna untuk masa datang..

Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak:

1. Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.
2. Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.
3. Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

4. Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.
5. Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anak
1.      Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
2.      Bermain dapat digunakan sebagai terapi
3.      Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak
4.      Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
5.      Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak
6.      Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Berdasarkan hasil analisis Caillois, permainan (game) dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu: agon, alea, mimikri dan ilinx.
Agon adalah jenis permainan yang mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan. Dalam pelaksanaan semua pihak mendapatkan hak dan kewajiban yang sama, hal ini diatur oleh peraturan, karena itu ada wasit yang mengaturnya. Contoh: Bulutangkis, tenis sepakbola dll.
Alea adalah permaian memakai dadu atau sekelompok permainan yang bersifat untung-untungan. Pelaksanaannya si pemain cenderung pasif dan tidak memperagakan kemampuan yang bersumber pada penguasaan keterampilan, otot atau kecerdasan.
Mimikri adalah bentuk permainan yang bercirikan kebebasan, batas waktu dan ruang, dan bukan sungguhan. Di dalamnya tersirat ilusi, imajinasi, dan interprestasi. Dalam hal ini pemain cenderung berperan pura-pura contoh: main perang-perangan, memanusiakan suatu benda dll.
Illinx adalah bentuk permainan yang mencerminkan pelampiasan keinginan bergerak, berpetualang, dan dalam ujud kegiatan dinamis. Contoh: mendaki gunung, out bound dll.

Pembelajaran Permainan Olahraga
            Permainan yang disajikan dalam proses pembelajaran dapat diciptakan sedemikian rupa untuk berbagai macam tujuan yang berguna dalam pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan tersebut antara lain: permainan untuk membangun keakraban antar sesama siswa, percaya diri, kerjasama, kumunikasi, konsentrasi, kemampuan komponen kondisi fisik, iamjinasi/kreativitas dan lain-lain. Sebagai contoh permainan untuk membangun kecepatan reakai:
Jumlah siswa bebas, cara bermain; 1) pimpinan menciptakan formasi baris, 2) jika pimpinan menyerukan angka ”ganji’ peser harus meloncat ke depan, angka ”genap” peserta meloncat ke belakang, jika respon sudah cepat aba aba ditambah 3) jika sebut nama anak ”perempuan” peserta bergeser ke kiri melenggang seperti perempuan dan jika nama anak ”laki-laki” bergeser ke kanan tengan gerakan tegas seperti militer dan berseru dasyat!.....
Guru dapat menciptakan variasi yang lain, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dalam olahraga, permainan sering dikalasifikasikan dalam 2 jenis permainan yaitu bola besar dan bola kecil, dikotomi tersebut didasarkan pada sarana dan prasarana yang digunakan. Permaianan bola besar antara lain: Sepakbola, Bolavoli, Bolabasket; sedangkan permainan bola kecil antara lain: kasti, tenis meja, rounders dll.
            Namun demikian ada yang menggolongkan sesuai dengan  proses pembelajaran menurut taktik yang digunakan, yaitu permainan invasi, net, fielding dan target. Permainan invasi atau invansion games adalah permainan yang menjadikan gawang sebagai sasaran untuk saling menyerang daerah lawan dalam rangka membuat skor. Net dan wall games adalah permainan yang menggerakan suatu obyek ke dalam ruang agar obyek tersebut tidak dapat kembali lagi ke lapangan sendiri. Fieiding dan run-scoring games adalah permainan memukul sebuah obyek ; biasanya yang dipukul adalah bola kemudian berlari kesuatu target sambil menghindari penjagaan.
Target games adalah permainan yang menggerakkan sebuah obyek dan menekankan pada ketepatan.
Sistem Klasifikasi dalam olahraga Permainan

Invasion
Net/Wall
Fielding/Run-Scoring
Target
Bolabasket, Bola-tangan, Polo air, Sepakbola, Hoki, Rugby dll
Net:
Bulutangkis, tenis, tenis meja, Bola voli
Wall:
Raquetball, Squash
Baseball, Softball, Rounders, Kasti, dll
Golf, Bowling, Bilyard, Snokers, Panahan ,dll

            Untuk menguasai keterampilan bermain dalam olahraga permainan, tidak hanya cukup hanya menguasai keterampilan teknik memainkan bola, tetapi meliputi juga keterampilan-keterampilan gerak lainnya, untuk mendukung pemain yang memainkan bola. Misalnya dalam permainan bolavoli pemain menerima semes, ia siap mengoper bola ke arah yang tepat, dengan ketinggian yang tepat, sementara pemain yang lain siap menerima bola tersebut, bila bola rendah maka harus dipassing bawah dan lain-lain yang terjadi dilapangan.
            Dengan demikian berati cakupan dari fenomena bermain tidak hanya meliputi pelaksanaan keterampilan gerak dasar dan keterampilan teknik, tetapi juga komponen lainnya seperti membuat keputusan, mendukung pemain lain, membatasi gerak lawan, mengatur posisi untuk membangun serangan balik dan lin-lain.
Guru pendidikan jasmani disarankan untuk mendalami pendekatan taktis untuk mengajarkan olahraga permainan hal ini sangat efektif untuk semua jenjang pendidikan. Namun demikian perlu diingat bahwa tidak ada metode yang paling unggul.
            Kelebihan pendekatan taktik pada kemampuan untuk mengidentifikasi, mengurutkan, dan menghayati masalah taktis pada permainan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.Kita dapat menyusun kerangka kerja, membatasi lingkup taktik, dan mengidentifikasi tahap-tahap kompleksitas taktik pada setiap bentuk permainan.
Pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya.
Pendekatan tradisional dalam pembelajaran olahraga menekankan komponen-komponen teknik, misalnya dalam unit-unit pembelajaran bolavoli beberapa pertemuan dihabiskan oleh latihan passing, umpan, servis, spike, blocking dan perencanaan sendiri-sendiri, atau penggabungan dua, tiga teknik.
Organization Chart
Gambar: Bagan Pembelajaran Olahraga Permainan

Kesadaran Taktis: kemampuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah taktik yang muncul selama permainan berlangsung, sekaligus kemampuan memilih jawaban yang tepat untuk memecahkannya. Jawabannya mungkin berupa keterampilan menentukan elemen teknik yang akan diterapkan.
Tujuan mengajar dengan pendekatan taktis bagi siswa adalah:
Ø  Penguasaan kemampuan bermain melalui keterkaitan antara taktik dengan perkembangan permainan.
Ø  Memberikan kesenangan melalui aneka ragam aktivitas
Ø  Memecahkan masalah dan membuat keputusan cepat dan tepat dalam bermain.
Dasar-dasar Pendekatan Taktik
  1. Memupuk Minat dan Kegembiraan
  2. Merangsang untuk berpikir
  3. Pengalihan pemahaman (transfer) melalui bermain

PENDALAMAN MATERI PLPG PENJAS 2013



PEMBELAJARAN PERMAINAN & OLAHRAGA

A.      Memahami Isi Dari Pendidikan Jasmani

Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan program pendidikan, antara lain mengembangkan tiga domain utama : psikomotor, afektif, dan kognitif. Namun demikian ada keunikan dalam program penjas yang tidak dimiliki oleh program pendidikan lainnya, yaitu dalam hal pengembangan domain psikomotor.Dalam mengembangkan domain psikomotor biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani anak dan pencapaian keterampilan geraknya.
Para guru diharapkan dapat memahami hakikat tugas ajar yang harus diajarkan dalam pendidikan jasmani, sehingga para guru dapat secara tepat merancang dan menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan anak dalam ketiga domain di atas.

1.      Merancang Tugas Ajar dalam Wilayah Psikomotor
Tugas ajar yang berada dalam wilayah psikomotor, biasanya dibagi menjadi 2 tujuan utama yaitu tujuan yang berhubungan dengan pengembangan pencapaian keterampilan gerak dan peningkatan kebugaran jasmani anak (fitness). Kedua tujuan ini, oleh para ahli dianggap sebagai kelebihan yang terdapat dalam pelajaran pendidikan jasmani, yang tentunya tidak mungkin dapat dicapai oleh pelajaran lain.

Pembelajaran Keterampilan Gerak

Pembelajaran keterampilan gerak bertujuan anak dapat menguasai keterampilan dalam berbagai cabang olahraga.Meskipun banyak bagian yang berhubungan dengan kebugaran jasmani dimasukkan ke dalam program penjas untuk meningkatkan kesehatan anak, guru penjas tetap dianggap memiliki tanggung jawab yang unik yaitu mengembangkan keterampilan gerak.
Tujuan utama dalam mengajarkan pendidikan jasmani adalah pengembangan keterampilan gerak, sehingga anak dapat dan mau berpartisipasi dalam kegiatan olahraga bahkan kelak disepanjang hidupnya.
Untuk dapat menentukan materi apa yang tepat agar anak meningkatkan keterampilannya, pertama-tama guru perlu mengetahui apakah yang dimaksud dengan keterampilan, dan apa pula ciri dari keterampilan itu? Untuk membantu memahami makna istilah keterampilan, persoalan ini dapat dijabarkan lebih operasional, misalnya dikaitkan dengan Keterampilan suatu cabang olahraga, contoh terampil dalam bulutangkis.
Pemain bulutangkis dianggap terampil jika (1) dapat menempatkan bola secara akurat di tempat yang diinginkan, (2) teknik pukulannya baik sehingga efisien dalam tenaga, (3) dapat menggunakan teknik tersebut disegala kondisi dan berbagai lawan.
Uraian di atas merujuk pada tiga hal penting dari keterampilan atau performa yang terampil.Ketika seorang pemain mampu menempatkan bola secara akurat, hal ini menunjukkkan kepada kualitas efektivitas. Kemudian, ketika pemain itu melakukannya dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan teknik, hal itu menunjukkkan adanya kualitas efisiensi. Ketika pemain dapat menggunakan pukulan tersebut dalam segala kondisi permainan hal itu menunjukkan kepada kualits adaptasi.
Pembelajaran permainan menuntut pengembangan tahapan permainan. Pentingnya aspek tahapan permainan ini, muncul hasil dari studi bagaimana keterampilan digunakan dalam permainan. Setiap tahapan pengajaran harus melibatkan perpindahan dari latihan yang secara bertahap, lalu meningkat kesulitannya ke kondisi seperti permainan yang sesungguhnya.
Perkembangan pemain dapat dibagi menjadi empat tahap, tahapan- tahapan tersebut dijelaskan dalam bagian berikut.
Tahap satu. Dalam tahap satu, guru memusatkan perhatiannya pada kemampuan siswa untuk mengontrol benda (objek) atau tubuhnya. Siswa pemula dihadapkan dengan masalah ketidaktahuan, tentang apa yang akan terjadi, misalnya ketika mereka memukul, melempar, menangkap atau mengumpulkan benda tertentu. Tingkat kemampuan mengontrol benda sangat penting untuk dikuasai pada tahapan pembelajaran permainan ini. Pengontrolan yang dimaksud adalah kemampuan kemampuan sebagai berikut :
a.       Aksi melontarkan (misalnya memukul, menendang, melempar). Anak dapat mengarahkan benda ke suatu tempat dengan besaran daya yang sesuai kepentingannya secara konsisten.
b.      Aksi menerima (misalnya menangkap, mengumpulkan). Anak dapat menguasai suatu benda yang datang padanya dari arah, kecepatan dan ketinggian yang berbeda.
c.       Aksi membawa dan melepaskan (misalnya mendribbling, menggiring dan sebagainya). Anak dapat menjaga penguasaan terhadap benda  yang bergerak dalam berbagai cara dan pada berbagai kecepatan.
Perkembangan keterampilan dalam satu tahap, melibatkan pemberian pengalaman dalam menangkap dan melempar.Pengalaman demikian pertama-tama, diberikan dalam kondisi yang paling mudah dan bertahap pengontrolannya yang dilakukan dalam situasi yang lebih sulit dengan memanipulasi ketinggian, arah, tenaga dari benda yang dilemparkan atau ditangkap.Perkembangan dalam tahap satu, juga memasukkan perubahan dari posisi bendas diam ke benda yang bergerak dan dari posisi penerima diam ke posisi bergerak. Bandingkan tahapan pembelajaran antara anak SD dan siswa SMU yang tengah belajar pass atas pada bola voli.



Dalam contoh di atas, tahapan yang meningkat dilakukan sehingga mengarahkan anak ke tingkat penguasaan dan pengontrolan yang meningkat terhadap bola dengan mengubah ubah kondisinya.Semua tugas tugas ajar yang mengandalkan keterampilan anggota badan tangan dan kaki untuk mengontrol objek kompleksitasnya dengan memanipulasi daya, arah atau ketinggian benda, juga perubahan dari posisi diam ke posisi gerak.Melempar dan menangkap dari keadaan bergerak, lebih sulit dilakukan dari pada dari posisi diam.
Pada tahap dua.Pada tahap dua fokus pembelajaran masih pada peningkatan penguasaan dan pengontrolan terhadap objek, tetapi latihannya sudah lebih komplek. Dalam tahap dua ini dua keterampilan digabungkan (misalnya dribbling dan passing) peraturan ditekankan sehingga membatasi aksi yang dilakukan misalnya aturan traveling dalam basket dan keterampilan tersebut dilatih secara kooperatif dengan anak lain.
Melatih keterampilan dengan penggabungan merupakan hal yang rumit, tetapi penting dan sering diabaikan dalam pembelajaran permainan. Anak yang sudah dapat melakukan dribble, pass dan shoot sebagai keterampilan tunggal, belum tentu dapat dengan mudah melakukan dribble langsung shoot atau dribble pass. Ini disebabkan persiapan untuk melakukan keterampilan kedua dilakukan selama berlangsungnya keterampilan pertama (transisi), banyak anak pemula akan melakukakn dribble, stop dan baru kemudian melakukan shotta.
Oleh karena itu, fokus kegiatan dari pembelajaran tahap dua adalah pada gerak transisi di antara keterampilan. Misalnya bagaimana dalam dribbling sepak bola anak harus menempatkan bola pada posisi yang memungkinkan ia segera menembak setelah dribbling tidak berhenti dulu, kemudian ia mundur mengambil ancang ancang dan menembak. Meskipun banyak anak akan sampai pada  kemampuan ini dengan baik melalui latihan tetapi akan banyak pula anak yang tidak akan mampu melakukannya, tanpa bantuan guru. Berikut adalah contoh penggabungan keterampilan yag harus dipelajari khusus dalam sepak bola ketika anak anak memasuki tahapan dua.
Menerima bola dari passing anak lain kemudian langsung dribble :
·         Dribble kemudian passing
·         Dribble kemudian menembak ke gawang
·         Menerima bola passing, dribble, kemudian menembak ke gawang.
Bahkan dalam situasi permainan yang melibatkan keterampilan tunggal yang singkat (distrik) melatih keterampilan secara gabungan ini tetap perlu dilakukan. Dalam permainan bola Voli misalnya, seorang anak dapat melakukan passing bawah ke anak lainnya yang berikutnya melakukan toss (set up) ke anak lain lagi sehingga anak yang pertama dapat melakukan smes.
Untuk menentukan keterampilan apa yang harus dilatih dalam gabungan, guru harus menganalisis permainan yang dipelajari untuk menentukan keterampilan keterampilan yang akan digabungkan. Akhirnya, keterampilan keterampilan tadi harus dilatih dengan cara yang sama ketika keterampilan itu digunakan dalam permainan, bahkan hingga ke saat servis dilakukan dan perpindahan posisi (contoh dalam bola voli).
Tahap ke dua.Juga melibatkan siswa dalam kegiatan latihan bekerja sama dengan siswa lainnya seperti mencoba menjaga agar bola terus dapat berada di udara tanpa  jatuh dalam permainan voli, atau menjaaga agar shuttle cock selalu bisa menyeberangi net dalam bandminton. Pada tahap ini, tujuan dari permainan adalah menguasai dan mengontrol bola atau cock dan bukan berkompetisi dengan pasangan untuk saling mengalahkan.
Tahap tiga.Dalam tahap tiga, fokus pembelajaran ajarana aah pelaksanaan taktik penyerangan dan pertahanan secara sederhana dengan menggunakan keterampilan yang sudah dikuasai. Ketika tahap ini dilaksanakan siswa diasumsikan sudah mampu menguasai dan mengontrol bola tanpa kesulitan sehingga dapat berkonsentrasi pada penggunaan keterampilan itu dalam proses penyerangan atau bertahan.
Tahapan empat.Tidak ada batas yang jelas dimana pengalaman pada tahap tiga berakhir dan pengalaman tahap empat dimulai.Pengalaman tahap empat bersifat sangat kompleks.Tahap ini meliputi tidak saja permainan penuh, tetapi juga termasuk kegiatan kegiatan yang dimodifikasi untuk membantu siswa mencapai targetnya.
Untuk kebanyakan jenis permainan tahap empat dimulai ketika pemain penyerang dan bertahan, ditetapkan secara khusus sesuai peranannya.Para pemain jumlahnya ditambah, keterampilan yang dipelajari digunakan, dan ditambah, keterampilan sudah semakin kompleks.Ketika siswa mencapai tahap empat hal itu dianggap bahwa siswa telah menguasai dengan baik keterampilan individual dan melampaui strategi permainan dasar yang digunakan dalam kondisi permainan dasar yang digunakan dalam kondisi yang disederhanakan. Misalnya, diasumsikan bahwa siswa dapat bertahan melawan pemain penyerang secara individual atau dengan pemain lain dalam permainan invasi atau mereka sudah dapat menempatkan bola jauh dari pemain lawan dan dapat mempertahankan daerahnya sendiri dalam permainan net.
Aspek kunci untuk melaksanakan kegiatan tahap empat dengan cara yang bemakna adalah konsep bahwa permainan harus berlangsung berkelanjutan. Maksudnya, jika suatu peraturan atau bagian dari permainan yang ditampilkan dalam cara tertentu memperlambat aliran permainan atau sering menghentikan kelangsungan permainan, permainan itu harus dimodifikasi untuk menjaga kelanjutannya, jika siswa tidak dapat menggunakan semua pemain dalam suatu regu, jumlah pemain harus dikurangi. Contoh dari modifikasi permainan meliputi menghilangkan tembakan hukuman, mengganti tindakan service pada permaianan voli, pukulan pada soft ball diganti dengan lemparan atau menempatkan bola pada tonggak pukulan untuk sebagian pemain memulai permainan tanpa ada bola keluar dan mengurangi ukuran lapangan permainan dan sebagainya.
Contoh modifikasi permainan yang baik
Bola basket               -   Empat lawan empat tanpa menggunakan dribbling
                                  -   Lima lawan lima tanpa memakai peraturan tembakan hukuman atau jump
Sepak bola                 -   Tujuh lawan tujuh, peraturan penuh
                                  -   Sebelas lawan sebelas, tidak ada bola keluar dan tendangan
                                  -   Sudut
Bola voli                    -   Peraturan sebenarnya minimal bola dimainkan dua kali
                                  -   Empat lawan empat lebar lapangan dimodifkasi
Tenis                          -   Lapangan lebih kecil, peraturan penuh
                                  -   Permainan dimulai dengan serve yang dipermudah.
Guru yang memilih untuk menggunakan permainan tahap empat, tidak boleh berhenti mengawasi jalannya pembelajaran.Tujuannya adalah mengajar siswa, bagaimana memainkan permainan dengan baik, tidak hanya membiarkan mereka bermain ketika mereka mencapai tingkat ini. Tugas di tahap empat adalah menerapkan permainan yang dapat diperluas dengan cara membuat permainan lebih sulit atau lebih mudah. Guru juga harus menghaluskan penampilan siswa melalui penggunaan tugas penyempurnaan dan berkonsentrasi pada permainan mereka.
Kebugaran Fisik
 Menjadi semacam kesepakatan umum bahwa tujuan pembelajaran dalam domain piskimotor yang harus terkembangkan melalui program pendidikan jasmani harus pula mencakup peningkatan kebugaran jasmani siswa. Pertanyaannya adalah,  apakah kebugaran jasmani ini dapat dicapai melaui program penjas yang alokasi waktunya sangat minim? Apakah mungkin kebugaran jasmani siswa dapat ditingkatkan ketika anak harus pula mencapai tujuan pembelajaran yang lain (keterampilan gerak dari berbagai cabang olahraga) dalam program penjas yang dilaksanakan satu minggu sekali?
Memang tidaklah sulit untuk mengetahui cara bagaimana membuat siswa menjadi fit (bugar) dari kaca mata kondisioning. Kita semua sebagai guru penjas sudah mengetahui prinsip prinsip peningkatan kodisi fisik yang meliputi pengembangan kapasitas kardiovaskular daya tahan otot lokal, kekuatan, kelenturan dan power.Yang tidak mudah adalah bagaimana memadukan program kebugaran ini dalam program kurikulum pendidikan jasmani. Dan bagaimana meyakini bahwa siswa akan terus tertarik untuk melakukannya dalam kehidupannya sehari-hari.